Jalan Kebon Sirih, Lokasi Strategis Bernilai Sejarah


Kebon Sirih awalnya tanah perkebunan yang banyak tumbuh tanaman sirih (chaviva densa miq). Pada masa itu sirih banyak banyak dikonsumsi termasuk untuk pengobatan, terutama para wanita tua yang biasa mengunyah sirih atau “makan sirih,” bersama pinang, gambir dan kapur sirih.

Namun, kini, sirih lebih banyak digunakan sebagai perlengkapan upacara adat dalam etnis Betawi, khususnya dalam upacara ngelamar calon istri. Dan dalam perkembangannya, daun sirih  banyak diriset oleh lembaga riset nasional dan bahkan internasional, dan  ternyata memiliki banyak fungsi bagi kesehatan. 

Sekitar pertengahan abat ke-19, Kebon Sirih oleh orang-orang Belanda biasa disebut de nieuwe weg achter het Koningsplein atau Jalan baru di belakang Koningsplein. Kemudian karena di sana tinggal seorang hartawan yang dermawan bernama KF Holle, mula-mula biasa pula disebut Gang Holle, terus berkembang sesuai perkembangannya menjadi Laan Holle, walau nama resminya Sterreweg.

Kawasan Kebon Sirih menjadi lokasi strategis bagi pergerakan tentara dan pejuang dalam merebut kemerdekaan. Kebon Sirih juga bisa dibilang menjadi   poros lingkaran konsentrasi pengembangan wilayah Jakarta yang kita kenal dengan Gambir (kini Monas), Menteng, Gondangdia, Menteng Pulo, Gunung Sahari, dan lingkunan Kemayoran.

Kini, kawasan Jl. Kebon Sirih dipenuhi gedung perkantoran, pemerintahan dan resto. Sisi dikenalnya jalan ini hingga kini adalah keberadaan pedagan nasi goreng yang lezat. [berbagaisumber/DNJ]

Comments